Screening Film Surga Yang Tak Dirindukan
Menyusul kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta, produser rumah produksi besar Manoj Punjabi kembali memproduksi film religi jelang hari raya Idul Fitri. Film yang berjudul Surga Yang Tak Dirindukan ini dibintangi oleh tiga artis besar seperti Laudya Cynthia Bella, Fedi Nuril, dan Raline Shah yang akan saling beradu peran. Film Surga Yang Tak Dirindukan ini akan rilis pada tanggal 15 Juli 2015 secara serentak di seluruh bioskop Indonesia.
Bertempat di XXI Plaza Senayan, tim produksi beserta para pemain melakukan screening film Surga Yang Tak Dirindukan ini pada tanggal 7 Juli lalu. Screening ini sekaligus membuka acara road show ke enam kota besar di Indonesia untuk mempromosikan film Surga yang Tak Dirindukan. Screening perdana ini tidak hanya dihadiri oleh tokoh utamanya saja (Raline Shah, Fedi Nuril, Laudya Cynthia Bella), tetapi juga tokoh pendukung (Zaskia Adya Mecca) dan penulis novel surga yang tak dirindukan (Asma Nadia). Ketiga tokoh utama ini tampil menawan untuk menyapa para awak media. Tidak ketinggalan, perancang desainer Dominique Nadine pun hadir di dalam acara ini. Pasalnya, Dominique lah yang merancang gaun pengantin yang dipakai oleh Raline Shah saat melakukan adegan bunuh diri di dalam film.
Film Surga Yang Tak Dirindukan melibatkan nama-nama artis lain seperti Vitta Mariana, Sandriana Michelle, Kemal Pahlevi, dan juga Tanta Ginting. Premisnya sendiri cukup baik, tidak seperti film drama dengan tema poligami pada umumnya. Kita akan melihat bagaimana Arini, perempuan yang lemah lembut, bisa juga berlaku tegas pada suaminya, Pras, yang melakukan poligami dengan Meirose. Penonton juga akan merasa terenyuh dengan rahasia yang terkuak terkait keluarga Arini menjelang klimaks. Melalui film ini, penonton akan belajar untuk melihat poligami dari kedua sisi.
Penasaran bagaimana akting Laudya Cynthia Bella, Fedi Nuril, dan Raline Shah dalam film ini ? Simak saja Film Surga Yang Tak Dirindukan trailer nya di sini
Asma Nadia mengakui bahwa novel SYTD adalah novel paling menguras emosinya. Proses pembuatan novel itu sendiri memakan waktu selama delapan tahun. Oleh sebab itu, tidak heran jika penonton akan merasa teraduk emosinya ketika menonton. Kisahnya begitu humanis, dramatis, dan juga menawan. Latar belakang kisah sebagian besar mengambil setting Yogyakarta. (Tr)